Minggu, 27 September 2009

Mengenali Perkembangan Anak

Sebagian orang berpendapat bahwa mengajar di Sekolah Minggu bukanlah pekerjaan yang sukar. Anggapan seperti inilah yang sering menjadi penyebab kegagalan dalam mengajar.
Karena disamping persiapan mengajar yang matang, seorang Guru Sekolah Minggu dituntut untuk memahami/memperhatikan perkembangan Psikologi Anak berdasarkan usianya. Hal ini akan berpengaruh pada tehnik mengajar yang harus digunakan sesuai dengan perkembangan usia mereka.

Dari berbagai ahli yang menyusun tentang tingkat perkembangan anak, ada dua model yang sangat berpengaruh dalam pengajaran di Sekolah Minggu.
Dengan mempertimbangkan batasan umum Sekolah Minggu, maka dalam pembahasan inipun dibatasi sampai pada usia pra-remaja dengan perkembangan normal.



Perkembangan KOGNITIF ANAK


1. Sensori Motor (usia 0-2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak.
Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.
Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah 'menangis'.
Menyampaikan cerita/berita Injil pada anak usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak (panggung boneka akan sangat membantu).

2. Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada usia ini anak menjadi 'egosentris', sehingga berkesan 'pelit', karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis - rumit.
Dalam menyampaikan cerita harus ada alat peraga.

3. Operasional Kongkrit (usia 7-11 tahun)
Saat ini anak mulai meninggalkan 'egosentris'-nya dan dapat bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti hal-hal yang sistematis.
Namun dalam menyampaikan berita Injil harus diperhatikan penggunaan bahasa.
Misalnya: Analogi 'hidup kekal' - diangkat menjadi anak-anak Tuhan dengan konsep keluarga yang mampu mereka pahami.

4. Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)
Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga.
Namun kesulitan baru yang dihadapi guru adalah harus menyediakan waktu untuk dapat memahami pergumulan yang sedang mereka hadapi ketika memasuki usia pubertas.


Perkembangan PSYCHO-SOSIAL



1. Trust >< Mistrust (usia 0-1 tahun)
Tahap pertama adalah tahap pengembangan rasa percaya diri.
Fokus terletak pada Panca Indera, sehingga mereka sangat memerlukan sentuhan dan pelukan.


2. Otonomi/Mandiri >< Malu/Ragu-ragu (usia 2-3 tahun)
Tahap ini bisa dikatakan sebagai masa pemberontakan anak atau masa 'nakal'-nya. sebagai contoh langsung yang terlihat adalah mereka akan sering berlari-lari dalam Sekolah Minggu.
Namun kenakalannya itu tidak bisa dicegah begitu saja, karena ini adalah tahap dimana anak sedang mengembangkan kemampuan motorik (fisik) dan mental (kognitif), sehingga yang diperlukan justru mendorong dan memberikan tempat untuk mengembangkan motorik dan mentalnya.
Pada saat ini anak sangat terpengaruh oleh orang-orang penting di sekitarnya (Orang Tua - Guru Sekolah Minggu)


3. Inisiatif >< Rasa Bersalah (usia 4-5 tahun)
Dalam tahap ini anak akan banyak bertanya dalam segala hal, sehingga berkesan cerewet. Pada usia ini juga mereka mengalami pengembangan inisiatif/ide, sampai pada hal-hal yang berbau fantasi. 
Mereka sudah lebih bisa tenang dalam mendengarkan Firman Tuhan di Sekolah Minggu.


4. Industri/Rajin >< Inferioriti (usia 6-11 tahun)
Anak usia ini sudah mengerjakan tugas-tugas sekolah - termotivasi untuk belajar. Namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian.


cerita tentang mengajar anak sekolah minggu

Ibadah Sekolah Minggu adalah sarana untuk anak- anak dapat lebih mengenal akan iman kepada Tuhan Yesus. Sekolah Minggu merupakan tempat yang terbuka untuk memahami maksud dan rencana Allah bagi mereka. Bila Sekolah Minggu dikelola dengan baik, maka semakin banyak jiwa yang dapat diselamatkan. Dimana anak- anak diajarkan mengenal lingkungan gereja, berinteraksi terhadap jemaat gereja, terlebih anak-anak dapat belajar untuk menerapkan kasih Kristus dalam kehidupan sehari- hari. Dengan bimbingan guru yang sabar, anak-anak diajarkan bagaimana berdoa yang benar, diajarkan mengenai kebenaran Firman Allah, dan diajarkan untuk memuji dan menyembah Allah. Terlebih anak- anak di ajarkan untuk hormat dan taat terhadap orang tua, sesuai dengan Hukum Taurat yang ke-5.
Namun dewasa ini, ibadah sekolah minggu lebih banyak mengarah ke ibadah yang monoton. Seperti ibadah yang liturgis, yakni terikat akan tata ibadah. Anak- anak sekolah minggu justru akan bosan dengan  tata ibadah penyembahan, pujian, mendengarkan firman, berdoa, memberi persembahan, tanpa ada sesuatu yang dapat menarik minat bagi anak- anak.
Oleh karena hal tersebut, saya berpendapat mengenai beberapa cara mengajar anak sekolah minggu yang lebih efektif, tidak monoton dan dapat menarik minat anak-anak yakni
1. Bercerita
dapat dilakukan dalam bentuk dongeng, sharing, atau kuis

2. Games
dapat dilakukan  di dalam maupun di luar ruangan. Di dalam ruangan anak- anak diajak untuk CTA dan teka-teki yang mungkin dapat menambah pengetahuan bagi mereka.
Outbond adalah salah satu contoh games di luar ruangan.

3. Hasta Karya
membuat hasil karya sekreatif mungkin sesuai dengan kesenangan anak- anak, contohnya membuat origami, membuat gerabah, atau menggunting gambar.

4. Doa
dari usia dini anak- anak harus di ajarkan bagaimana berdoa secara pribadi, bersyafaat, dan bersaat teduh.

5. Mendengarkan Musik dan Bernyanyi
dengan mendengar musik ini anak- anak juga dapat belajar untuk menyanyi lagu rohani atau lagu sekolah minggu. Anak- anak juga dapat belajar untuk bernyanyi secara berkelompok atau secara pribadi, untuk tampil dalam ibadah Umum/ Raya.

6. Tarian
anak- anak di ajarkan dapat melayani Tuhan dengan tarian, seperti belajar tamborin atau sekedar berjoget ria.

7. Berakting
penyampaian Firman Tuhan kepada anak- anak sekolah minggu tidak harus selalu dalam bentuk khotbah. Namun dapat juga berbentuk drama, fragmen, teater atau dalam bentuk pantomim yang diperanakan oleh guru sekolah minggu.

semoga tulisan ini bermanfaat...
Tuhan berkati.. !!!!!

Minggu, 13 September 2009

aku bingung !!!

berusaha perlahan2 memahami setiap mata kuliah.
semangat !!!!